Minggu, 31 Oktober 2010

Misteri Suku Dogon

Dogon adalah nama suku di Afrika yang terisolasi yang tinggal di sepanjang hamparan lereng curam sejauh 200 kilometer Bandiagara dekat Timbuktu. Seorang antropolog Prancis bernama Marcel Griaule mencatat kepercayaan suku Dogon pada tahun 1946 dalam bukunya, Percakapan dengan Ogotemmêli. Shannon Dorey menjelaskan percakapan Griaule dengan Ogotemmêli secara rinci dalam The Master Of Speech. 
Pada waktu Griaule mencatat tentang mitologi suku Dogon, ia mengakui bahwa ia tidak benar-benar memahami banyak dari apa yang ia sedang pelajari. Dia hanya menuliskan apa yang Ogotemmêli katakan padanya. Dorey sekarang percaya bahwa kepercayaan  ini adalah tentang DNA dan rekayasa genetika manusia.

Pada tahun 1946 suku Dogon adalah salah satu dari kelompok terakhir yang datang di bawah pemerintahan Prancis. Karena mereka telah mempertahankan kepercayaan mereka sendiri dan praktik kepercayaan, mereka diduga salah satu contoh terbaik dari "peradaban primitif" yang dikenal dunia pada waktu itu. Bahkan Muslim Afrika dikatakan memiliki kesulitan untuk memahami sistem kepercayaan suku Dogon.

Suku Dogon

Griaule telah membentuk hubungan yang baik dengan suku Dogon selama kunjungannya yang dimulai pada 1931. Setelah bertahun-tahun bertanya pada tetua suku Dogon tentang kepercayaan mereka, suku Dogon akhirnya mengizinkan Griaule untuk mempelajari kepercayaan mereka secara lebih mendalam. Ogotemmêli ditunjuk untuk menjelaskan pengetahuan rahasia suku Dogon kepada Griaule. Hal ini selesai dalam  waktu 33 hari, yang dimulai pada bulan Oktober tahun 1946.

Ogotemmêli dianggap sebagai salah seorang dari suku Dogon yang mempunyai otak brilian. Kakek Ogotemmêli sudah mulai mengajarkannya tentang misteri kepercayaan suku Dogon ketika ia telah berusia 15 tahun. Setelah kakeknya meninggal, ayahnya yang meneruskannya. Menurut Griaule, hal itu sudah berlalu selama lebih dari 20 tahun.

Itu karena Ogotemmêli, sumber yang menurut Griaule sangat akurat. Menurut Dorey, tanpa itu tidak mungkin baginya atau peneliti lain untuk memahaminya. Ketika diciptakan, kontinuitas kepercayaan didirikan melalui simbolisme dan bukan melalui kronologinya. Tanpa konsistensi simbol, makna kepercayaan akan hilang. Kepercayaan itu sengaja menciptakan cara untuk melindunginya dari pengaruh luar. Penelitian Dorey mengindikasikan kepercayaan suku Dogon adalah salah satu pemujaan yang dianggap telah hilang dar peradaban kemanusiaan.

Dorey percaya bahwa struktur unik dari kepercayaan  ini diturunkan dalam budaya lisan. Inilah sebabnya mengapa telah begitu sulit bagi peneliti untuk memahaminya. Karena kita hidup dalam budaya tertulis. Kenyataannya, kita butuh seseorang secerdas Ogotemmêli yang lebih dari 20 tahun telah mempelajari kebudayaan ini. Ini bukan mitologi yang mudah untuk dipahami, tetapi tanpa diragukan lagi inilah mitologi paling signifikan yang pernah terungkap.

Pemujaan Suku Dogon Terhadap Bintang Sirius

Bintang Sirius yang menandai jantung “Sang Anjing” di rasi Canis Major (Anjing Besar) berada di belahan langit selatan, dekat dengan khatulistiwa langit tempat bernaungnya Orion, Sang Pemburu. Bukan pekerjaan sulit untuk dapat menemukan Sirius di langit malam. Dengan mudah bintang yang berwarna putih kebiruan ini ditemukan dengan bantuan tiga buah bintang terang di bagian pinggang Sang Pemburu. Bila ketiga bintang yang menandai sabuk Orion kita hubungkan, perpanjangan garis khayal yang terbentuk akan mengarah ke Sirius.


Dalam dongeng orang-orang Dogon disebutkan bahwa Sirius atau Po Tolo memiliki bintang pasangan yang tak terlihat oleh mata manusia. Bintang pasangan ini mengorbit Sirius dalam lintasan berbentuk elips dan menyelesaikan satu kali revolusinya dalam waktu 50 tahun. Disebutkan pula bahwa bintang tersebut sangat berat sebab tersusun atas bahan logam dan berpusing pada porosnya (rotasi) dalam waktu 1 tahun.

Selain Sirius, legenda yang untuk pertama kali dituliskan oleh dua orang ahli antropologi asal Prancis, Marcel Griaule dan Germaine Dieterlen, ini juga berkisah tentang rahasia-rahasia langit lainnya. Seperti tentang keempat buah bulan terang yang dimiliki Jupiter serta cincin planet Saturnus, sebuah kebenaran yang belum diketahui manusia modern hingga ditemukannya teleskop pada permulaan abad ke-17. Mereka pun telah mengetahui bahwa planet-planet sebagai pengiring Matahari mengitari bintang induknya tersebut dalam orbit elips.

Griaule dan Dieterlen sampai menghabiskan waktu 25 tahun lamanya (1931 – 1956) tinggal bersama orang-orang Dogon untuk menggali legenda ini dari empat orang pendeta mereka. Siapakah yang telah bertutur kepada orang-orang Dogon tentang rahasia-rahasia ilmu pengetahuan yang justru baru terungkap pada era modern yang tersimpan secara turun-temurun dalam legenda mereka? Apakah semuanya kebetulan belaka?

Dalam dunia ilmu pengetahuan Barat, legenda yang memuat kehadiran bintang pasangan bagi Sirius ini baru terungkap kebenarannya pada tahun 1862, yakni ketika untuk pertama kalinya Sirius B (nama yang diberikan astronom untuk bintang pasangan tersebut) berhasil diamati dengan bantuan teleskop oleh Alvan G. Clark. Meskipun demikian, bukti otentik sistem bintang ganda ini baru diperoleh pada tahun 1970 ketika Sirius A dan Sirius B berhasil dipotret dengan teleskop besar.

 Bintang Sirius A dan B dilihat dari teleskop X-Ray

 Bintang Sirius A dan B dilihat dari teleskop Hubble
 
Pengetahuan orang-orang Dogon tentang Sirius B yang “berat” pun baru berhasil ditentukan (verification) pada abad ke-19. Dari pengamatan gerak orbit sistem bintang ganda, menggunakan Hukum III Kepler yang sedikit dimodifikasi, astronom dapat menentukan massa masing-masing bintang. Meskipun massa Sirius B (0,98 kali massa Matahari) lebih kecil daripada massa Sirius A (2,28 kali massa Matahari), dari pengamatan spektrum Sirius B diketahui bahwa temperatur bintang ini lebih panas (8200 derajat Celcius) dibandingkan dengan Matahari (5500 derajat Celcius). Dari informasi lainnya, bahwa daya yang dipancarkan Sirius B hanya 1/400 kali daya Matahari, dapat ditentukan jari-jari Sirius B yang hanya sekitar 2,5 kali jari-jari Bumi! Ukuran yang sangat kecil untuk sebuah bintang.

Fakta menariknya justru bermula dari sini. Dengan massa dan jari-jari yang telah diketahui, kita dapat menghitung kerapatan bintang ini menggunakan persamaan yang sudah kita kenal dengan baik sejak di bangku sekolah menengah pertama, dan diperoleh hasil sekitar 100 kilogram tiap cc (centimeter cubic)-nya! Astronom menyebut bintang berukuran kecil dengan kerapatan yang tinggi seperti Sirius B ini sebagai bintang Katai Putih (white dwarf).

Bintang Katai Putih tersusun atas materi yang lebih berat dari hidrogen maupun helium yang berada dalam keadaan termampatkan dengan sempurna. Bila yang dimaksud oleh legenda orang-orang Dogon tentang Sirius B yang berat adalah kerapatannya yang besar, maka dongeng tersebut sesuai dengan fakta yang kini telah diperoleh para astronom modern.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar